Nama
: INTAN MUTIA MURTI
NPM
: 14513441
Kelas
: 3PA12
Psikoterapi merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu individu yang menderita untuk meningkatkan rasa fleksibilitas, kebebasan dan kesenangan dalam hidup mereka. Psikoterapi membantu orang menjadi pemecah persoalan yang lebih kompeten dan menjadi orang yang lebih adaptif.
1.
Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sedehana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “theraphy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempiynya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan “psychotherapy” tidak tercantum, tetapi ada perawatan “psychotherapeutic” yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
2.
Tujuan Psikoterapi
•
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey, et all (1987) adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian – kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik – konflik yang lama.
•
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (1991) dirumuskan sebagai : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman – pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik – konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3.
Unsur Psikoterapi
Menurut Masserman (lihat Karasu, 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk peran sosial (“martabat”) psikoterapis, hubungan (persekutuan terapeutik), hak, retrospeksi, re-edukasi, rehabilitasi, resosialisasi, dan ekapitulasi.
4.
Perbedaan Antara Psikoterapi dan Konseling
•
Konseling dan psikoterapi dapat dipandang berbeda lingkup pengertian antara keduanya. Istilah “psikoterapi” mengandung arti ganda. Pada satu segi, ia menunjuk pada sesuatu yang jelas, yaitu satu bentuk terapi psikologis. Tetapi pada lain segi, ia menunjuk pada sekelompok terapi psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis pada satu titiki dan konseling pada titik lainnya. Dengan demikian, konseling merupakan salah satu bentuk psikoterapi
•
Konseling lebih berfokus pada konseren, ikhwal, masalah, pengembangan-pendidikan-pencegahan. Sedangkan psikoterapi lebih memfokus pada konseren atau masalah penyembuhan-penyesuaian-pengobatan.
•
Konseling dijalankan atas dasar (atau dijiwai oleh) falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedangkan psikoterapi dijalankan berdasarkan ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi.
•
Konseling dan psikoterapi berbeda tujuan dan cara mencapai tujuan masing. Dijelaskan dengan cukup gambling oleh S. Narayana Rao bahwa tujuan psikoterapi adalah mengatasi kelemahan – kelemahan tertentu melalui beberapa cara praktis, mencakup “pembedahan-psikis” (psycho-surgery) dan pembedahan otak. Konselor, pada lain pihak, berurusan dengan identifikasi dan pengembangan kekuatan – kekuatan positif pada individu. Ini dilakukan dengan membantu klien untuk menjadi seorang yang berfungsi secara sempurna, fully functioning person.
5.
Pendekatan Terhadap Mental Illness
J.P Chaplin berpendapat bahwa mental illness atau mental disorder (kekacauan mental, penyakit mental) merupakan ketidakmampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya, yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu. Sumber kekacauan tersebut bisa bersifat psikogenesis maupun organis, dan mencakup reaksi psikotis maupun reaksi neurotis yang lebih serius.
Ada beberapa pendekatan psikoterapi mental illness, diantaranya;
a.
Biological
Meliputi keadaan mental organic, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b.
Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatik, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stress yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c.
Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d.
Philoshopic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghargai system nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Terapi Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah salah satu aliran psikologi kepribadian dan yang meletakan dasar metodologi kajian psikologi. Pada dasarnya ia adalah satu aliran psikoterapi. Ide dasarnya adalah adanya upaya mengangkat pikiran tidak sadar untuk muncul ke permukaan dan disadari eksistensinya dengan cara asosiasi bebas.Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam menyadari problematika yang dihadapinya dan mengendalikan goncangan kejiwaan yang berasal darinya.
1.
Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
•
Kesadaran dan ketidaksadaran
Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian jiwa yang terbesar berada dibawah permukaan kesadaran. Ketaksadaran menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan, dan bahan-bahan yang di represi. Freud percaya, bahwa sebagian besar fungsi psikologis berada di luar kesadaran.
Sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, karena hanya ketika menyadari motif-motif tersebutlah individu bisa melaksanakan pilihan. Walaupun diluar kesadaran, ketaksadaran tetap mempengaruhi tingkah laku. Proses-proses tak sadar adalah akar dari gejala dan tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini, penyembuhan adalah upaya untuk menyingkap gejala-gejala, sebab tingkah laku dan bahan-bahan yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
•
Insting dan Kecemasan
Freud menyatakan insting terdiri dari instring untuk hidup (life instict) dan insting untuk mati (death instinct). Life Instinct mencangkup lapar, haus, dan seks, ini merupakan kekuatan kreatif dan oleh Freud disebut Libido. Sedang Death Instinct merupakan kekuatan destruktif. Hal ini dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri atau ditujukan keluar merupakan bentuk agresi.
Menurut Freud ada tiga macam kecemasan yaitu kecemasan objektif, merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata. Kecemasan neurotik merupakan kecemasan atau merasa takut akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. Seseorang merasa cemas karena melanggar norma-norma moral, inilah yang disebut kecemasan moral.
•
Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Id
Kepribadian seseorang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id tidak bisa mentoleransi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatik. Id diatur oleh asas kesenangan, bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan.
b. Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Tugas utama Ego adalah menjadi pengantar naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan.
c. Super Ego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal yang real dan mendorong bukan pada kesenangan tetapi pada kesempurnaan. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls dari Id.
•
Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego tidak selalu patologis dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup. Berikut ini beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego :
a. Penyangkalan (Denial)
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan.
b. Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tiak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri.
c. Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi “terpaku’ pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menyebabkan kecemasan.
d. Regresi (Regression)
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
e. Rasionalisasi (Rationalitation)
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghndari ego dari cedera atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
f. Sublimasi (Sublimation)
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
g. Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sebenarnya, tidak bisa dijangkau.
h. Represi (Repression)
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketidak sadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting.
i. Formasi reaksi (Reaction Formation)
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan keinginan tak sadar. Jika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman.
•
Perkembangan Psikoseksual
Sumbangan yang berarti dalam model psikoanalitik adalah pelukisan tahap-tahap perkembangan psikososial dan psikoseksual individu dari lahir hingga dewasa.
a.
Oral
Pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat di sekitar mulut.
b.
Anal
Pada fase ini kira-kira usia dua tahun, daerah kepuasan seksual berpindah ke anus.
c.
Phalic
Pada anak usia 6-7 tahun, kepuasan seksualnya terdapat pada alat kelamin. Tetapi berbeda dengan kepuasan seks orang dewasa, kepuasan fase phalic ini tidak bertujuan mengembangkan keturunannya.
d.
Latent
Pada usia 7-8 tahun, sampai menginjak awal masa remaja, seolah-olah tidak ada aktifitas seksual. Karena itu masa ini disebut fase latent (tersembunyi)/
e.
Genital
Dimulai sejak masa remaja; segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.
2.
Unsur – Unsur Terapi Psikoanalisis
•
Tujuan Terapi Psikoanalitik
Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari didalam diri klien. Proses terapi difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa anak-anak, direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.
•
Fungsi dan Peran Terapis
Karakteristik psikoanalisi adalah terapi atau analis membiarkan dirinya anonim sera hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Analis berusaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan serta secara realistis. Yang dilakukan klien sebagian besar adalah berbicara, yang dilakukan oleh analis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari.
3.
Teknik Terapi Psikoanalisis
•
Asosiasi Bebas
: Dalam teknik ini klien disuruh untuk duduk santai atau tidur lalu menceritakan semua pengalaman yang terlintas dalam benaknya baik yang teratur maupun yang tidak, sepele atau penting, logis atau tidak logis, relevan atau tidak, semuanya harus diungkapkan. Asosiasi – asosiasi yang diucapkan itu kemudian ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar pengalaman – pengalaman yang di repress.
•
Analisis Mimpi
: Freud memandang mimpi sebagai jalan utma menuju kea lam tak sadar karena isi mimpi ditentukan oleh keinginan – keinginan yang direpres. Keinginan – keinginan itu mucul lagi dalam bentuk simbol sebagai jalan menuju pemuasan.
•
Analisis Transferensi
: Terjadi kalau dalam pertemuan terapi terungkap adanya displacement dalam diri pasien. Hal itu terjadi kalau pasien mengalihkan sasaran perasaan cinta atau bencinya kepada terapeuti yang menanganinya. Tranferensi itu menunjukan kebutuhan pasien untuk mengekspresikan kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar, terapeut sering jadi sasaran atau pengganti. Disini terapeut berusaha untuk menjelaskan perasaan – perasaan yang sedang dialami atau yang diekspresikannya pada terapeut, sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai kesulitan yang sedang dialami
Sumber:
1. Basuki,
H. (2008). Psikologi umum. Jakarta :
Universitas Gunadarma.
2. Chaplin,
JP. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta
: Raja Grafindo Persada
3. Corey,
G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
4. Gunarsa,
SD. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta:
Gunung Mulia
5. Mappiare,
A. (2008). Pengantar konseling dan
psikoterapi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
6. Naisaban,
L. (2004). Para psikolog terkemuka dunia:
riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta : Grasindo
7. Residen
bagian Psikiatri UCLA. (1997).Buku saku psikiatri.Jakarta:
Buku kedokteran EGC
8. Taufiq,
M I. (2006). Panduan lengkap dan praktis
psikologi islam. Jakarta : Gema Insani Press