Nama : Intan Mutia Murti
Kelas : 3PA12
NPM : 14513441
RATIONAL
EMOTIVE THERAPY (RET)
Tokoh utama Rational Emotive Therapy ini adalah
Albert Ellis. Terapi ini hakekatnya dibangun berdasar atas ketidakpuasan Albert
Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasar atas pemahamannya tentang
teori behavioral.
Konsep
Utama
RET dibangun berdasar
atas filosofi bahwa “apa yang mengganggu jiwa manusia bukanlah
peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka
terhadap peristiwa-peristiwa tersebut”.
RET tidak memusatkan
perhatian kepada peristiwa-peristiwa masa lalu tetapi lebih kepada peristiwa
yang terjadi saat ini dan bagaimana reaksi terhadap peristiwa tersebut.
RET didasari asumsi
bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional.
Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam cara
itu. Sedangkan gangguan emosional terletak pada keyakinan irasional. Dengan
kata lain kejadian irasional lah yang menyebabkan gangguan emosional. Bila
seseorang mereaksi sesuatu dengan keyakinan irasional maka ia akan memndang
diri sendiri dan orang lain sebagai jahat, kejam, atau mengerikan. Asumsi
lainnya, bahwa berpikir dan emosi merupakan dua hal yang saling tumpang tindih
dan terkait.
Tujuan
Rational Emotive Therapy
Menurut Thomson dan
Rudolf, tujuan RET adalah:
- Mengajarkan klien untuk berpikir dan secara personal lebih puas dalam cara-cara merealisasikan pilihan-pilihan antara kebencian diri dan perilaku negatif.
- Meningkatkan perilaku positif dan efisien.
Dalam istilah lain,
tujuan utama RET adalah:
- Membantu klien memahami kepercayaan irrasionalnya dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.
- Membantu klien menjadi evaluator atas dirinya sendiri, sehingga dapat belajar untuk hidup sehat, mengontrol diri dan bertanggung jawab atas kehidupannya.
Teknik-Teknik Rational Emotive Therapy
- Teknik Koginitif
Teknik
ini digunakan untuk mengubah cara berpikir klien. Teknik-teknik ini meliputi
pengajaran, persuasif, konfrontasi dan pemberian tugas.
- Teknik Emotif
Teknik
ini digunakan untuk mengubah emosi klien. Teknik-teknok tersebut meliputi
sosidrama, role playing, modelling,
latihan asertif, humor serta latihan melawan rasa malu.
- Teknik Perilaku
Teknik
ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan.
Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah penerapan prinsip penguatan (reinforcement), permodelan sosial (social modelling) dan relaksasi.
TERAPI PERILAKU (BEHAVIORAL THERAPY)
Konsep
Utama
Dalam pandangannya
tentang hakekat manusia, teori behavioral menganggap bahwa pada dasarnya
manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik dengan
sedikit peran aktifnya untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil
respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi
ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Dalam konsep
behavioral, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga
dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian,
teori konseling behavioral hakekatnya merupakan aplikasi prinsip-prinsip dan
teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan gangguan tingkah
laku. Asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar
yang keliru, dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat
lebih sesuai. Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah suai dan
menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai.
Tujuan
Behavioral Therapy
- Menghapus pola-pola perilaku maladaptif dan membantu klie mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih konstruktif.
- Mengubah tingkah laku maladaptif.
- Menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadinya proses belajar ulang.
Metode
Behavioral Therapy
- Operant Conditioning
Dalam
metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang
diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat
perilaku klien yang dikehendaki.
- Unitative Learning atau Social Modelling
Dalam
metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif
yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran,
berprogram, video, film, biografi atau orang.
- Cognitive Learning
Metode
ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien.
- Emotional Learning
Metode
ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan
situasi rileks dengan menghadirkan rangsang yang menimbulkan kecemasan bersama
dengan suatu rangsang yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur
kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.
Teknik
Behavioral Therapy
* Desensitisasi
Sistematis
* Latihan Asertif
* Terapi Aversi
* Penghentian Pikiran
* Kontrol Diri
* Pekerjaan Rumah
TERAPI KELOMPOK
Karena
begitu banyak pasien yang datang kepada terapis, maka terapis menggunakan
perawatan dalam kelompok. Faktor dinamik yang berkembang dari situasi kelompok
itu sendiri menampilkan faktor-faktor baru yang oleh beberapa terapis dianggap
sebagai suatu kelebihan terhadap terapi individual.
Pendekatan terapi kelompok
Pendekatan
khusus yang yang digunakan oleh terapis atau pemimpin kelompok terhadap
perawatan tergantung pada orientasi teoritis dari terapi. Misalnya dalam
kelompok-kelompok psikoanalitik, penekanan mungkin terletak pada
interpretasi-interpretasi dan tranferensi-tranferensi yang muncul antara
anggota kelompok atau antara anggota kelompok dengan terapis. Kelompok-kelompok
Person Centered berusaha menciptakan
suatu situasi penerimaan supaya pasien-pasien menyelidiki perasaan-perasaan
mereka yang lebih dalam tanpa takut terhadap kritik orang lain. Dalam kelompok
terapi tingkah laku, orang-orang yang mengalami masalah yang sama mungkin
bersama-sama menentukan suatu kelompok yang menggunakan teknik tertentu,
seperti desensitisasi sistematik.
Kegunaan Terapi Kelompok
Terapi
kelompok memiliki beberapa keuntungan khusus, yaitu:
- Terapi kelompok lebih murah karena beberapa pasien ditangani pada waktu yang sama
- Format kelompok memberi peluang kepada pasien untuk mempelajari bagaimana orang lain yang mengalami masalah-masalah yang serupa menangani kesulitan-kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam kelompok dan terapis memberi mereka dukungan sosial.
- Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan sumber daya yang terbata
- Terapi kelompok dapat memberikansumber informasi dan pengalaman hidup yang dapat ditimba oleh pasien.
- Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang tepat.
- Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami seseorang bukanlah hal-hal yang unik.
- Para anggota kelompok yang bertambah baik merupakan sumber pengaharapan bagi anggota-anggota lain dalam kelompok.
- Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani orang secara lebih efektif.
Bentuk-Bentuk Terapi Kelompok
- Psikodrama
Merupakan bentuk variasi terapi kelompok dimana
pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton
tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari psikodrama ini adalah
membantu seorang pasien atau sekelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah
pribadi dengan menggunakan permainan peran, drama, atau terapi tindakan. Lewat
cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang
konflik, kemarahan, agresi, pperasaan bersalah, dan kesedihan.
- Bermain Peran (Role Playing)
Merupakan suatu variasi dari psikodrama yang tidak
menggunakan alat-alat sandiwara (drama) dan teknik ini banyak digunakan untuk
mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai
situasi kelompok, misalnya ruang kelas, program-program hubungan manusia dalam
bidang usaha dan industri dan dalam pertemuan-pertemuan latihan (training).
- Encounter groups
Encounter groups bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran
diri dengan berfokus pada cara bagaimana anggota kelompok berhubungan satu sama
lain dalam suatu situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan-perasaan
secara terus terang. Encounter groups
tidak berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat,
tetapi hanya ditujukan kepada orang yang menyesuaikan diri dengan baik,
berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka
berhubungan dengan orang lain. Encounter
groups berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui
pertemuan-pertemuan yang intensif atau konfrontasi-konfrontasi langsung dengan
orang-orang yang baru.
Sumber:
- Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
- Sunardi, P., & M. Assajari. (2008). Teori konseling. Bandung: PLB FIP UPI.