Jumat, 20 Mei 2016

Tugas Psikoterapi 3

Nama  : Intan Mutia Murti
Kelas   : 3PA12
NPM   : 14513441

RATIONAL EMOTIVE THERAPY (RET)
Tokoh utama Rational Emotive Therapy ini adalah Albert Ellis. Terapi ini hakekatnya dibangun berdasar atas ketidakpuasan Albert Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasar atas pemahamannya tentang teori behavioral.

Konsep Utama
RET dibangun berdasar atas filosofi bahwa “apa yang mengganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa-peristiwa tersebut”.
RET tidak memusatkan perhatian kepada peristiwa-peristiwa masa lalu tetapi lebih kepada peristiwa yang terjadi saat ini dan bagaimana reaksi terhadap peristiwa tersebut.
RET didasari asumsi bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional. Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam cara itu. Sedangkan gangguan emosional terletak pada keyakinan irasional. Dengan kata lain kejadian irasional lah yang menyebabkan gangguan emosional. Bila seseorang mereaksi sesuatu dengan keyakinan irasional maka ia akan memndang diri sendiri dan orang lain sebagai jahat, kejam, atau mengerikan. Asumsi lainnya, bahwa berpikir dan emosi merupakan dua hal yang saling tumpang tindih dan terkait.

Tujuan Rational Emotive Therapy
Menurut Thomson dan Rudolf, tujuan RET adalah:
  • Mengajarkan klien untuk berpikir dan secara personal lebih puas dalam cara-cara merealisasikan pilihan-pilihan antara kebencian diri dan perilaku negatif.
  • Meningkatkan perilaku positif dan efisien.

Dalam istilah lain, tujuan utama RET adalah:
  • Membantu klien memahami kepercayaan irrasionalnya dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.
  • Membantu klien menjadi evaluator atas dirinya sendiri, sehingga dapat belajar untuk hidup sehat, mengontrol diri dan bertanggung jawab atas kehidupannya.

Teknik-Teknik Rational Emotive Therapy

  • Teknik Koginitif

Teknik ini digunakan untuk mengubah cara berpikir klien. Teknik-teknik ini meliputi pengajaran, persuasif, konfrontasi dan pemberian tugas.

  • Teknik Emotif

Teknik ini digunakan untuk mengubah emosi klien. Teknik-teknok tersebut meliputi sosidrama, role playing, modelling, latihan asertif, humor serta latihan melawan rasa malu.

  • Teknik Perilaku
Teknik ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan. Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah penerapan prinsip penguatan (reinforcement), permodelan sosial (social modelling) dan relaksasi.

TERAPI PERILAKU (BEHAVIORAL THERAPY)

Konsep Utama
Dalam pandangannya tentang hakekat manusia, teori behavioral menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik dengan sedikit peran aktifnya untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, teori konseling behavioral hakekatnya merupakan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan gangguan tingkah laku. Asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru, dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai. Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah suai dan menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai.

Tujuan Behavioral Therapy
  • Menghapus pola-pola perilaku maladaptif dan membantu klie mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih konstruktif.
  • Mengubah tingkah laku maladaptif.
  • Menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadinya proses belajar ulang.


Metode Behavioral Therapy

  • Operant Conditioning
Dalam metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dikehendaki.

  • Unitative Learning atau Social Modelling
Dalam metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran, berprogram, video, film, biografi atau orang.

  • Cognitive Learning
Metode ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien.

  • Emotional Learning
Metode ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan situasi rileks dengan menghadirkan rangsang yang menimbulkan kecemasan bersama dengan suatu rangsang yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.

Teknik Behavioral Therapy
* Desensitisasi Sistematis
* Latihan Asertif
* Terapi Aversi
* Penghentian Pikiran
* Kontrol Diri
* Pekerjaan Rumah

TERAPI KELOMPOK
Karena begitu banyak pasien yang datang kepada terapis, maka terapis menggunakan perawatan dalam kelompok. Faktor dinamik yang berkembang dari situasi kelompok itu sendiri menampilkan faktor-faktor baru yang oleh beberapa terapis dianggap sebagai suatu kelebihan terhadap terapi individual.

Pendekatan terapi kelompok
Pendekatan khusus yang yang digunakan oleh terapis atau pemimpin kelompok terhadap perawatan tergantung pada orientasi teoritis dari terapi. Misalnya dalam kelompok-kelompok psikoanalitik, penekanan mungkin terletak pada interpretasi-interpretasi dan tranferensi-tranferensi yang muncul antara anggota kelompok atau antara anggota kelompok dengan terapis. Kelompok-kelompok Person Centered berusaha menciptakan suatu situasi penerimaan supaya pasien-pasien menyelidiki perasaan-perasaan mereka yang lebih dalam tanpa takut terhadap kritik orang lain. Dalam kelompok terapi tingkah laku, orang-orang yang mengalami masalah yang sama mungkin bersama-sama menentukan suatu kelompok yang menggunakan teknik tertentu, seperti desensitisasi sistematik.

Kegunaan Terapi Kelompok
Terapi kelompok memiliki beberapa keuntungan khusus, yaitu:
  • Terapi kelompok lebih murah karena beberapa pasien ditangani pada waktu yang sama
  • Format kelompok memberi peluang kepada pasien untuk mempelajari bagaimana orang lain yang mengalami masalah-masalah yang serupa menangani kesulitan-kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam kelompok dan terapis memberi mereka dukungan sosial.
  • Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan sumber daya yang terbata
  • Terapi kelompok dapat memberikansumber informasi dan pengalaman hidup yang dapat ditimba oleh pasien.
  • Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang tepat.
  • Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami seseorang bukanlah hal-hal yang unik.
  • Para anggota kelompok yang bertambah baik merupakan sumber pengaharapan bagi anggota-anggota lain dalam kelompok.
  • Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani orang secara lebih efektif.

Bentuk-Bentuk Terapi Kelompok

  • Psikodrama
Merupakan bentuk variasi terapi kelompok dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari psikodrama ini adalah membantu seorang pasien atau sekelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan permainan peran, drama, atau terapi tindakan. Lewat cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, pperasaan bersalah, dan kesedihan.

  • Bermain Peran (Role Playing)
Merupakan suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara (drama) dan teknik ini banyak digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok, misalnya ruang kelas, program-program hubungan manusia dalam bidang usaha dan industri dan dalam pertemuan-pertemuan latihan (training).

  • Encounter groups
Encounter groups bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada cara bagaimana anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam suatu situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara terus terang. Encounter groups tidak berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat, tetapi hanya ditujukan kepada orang yang menyesuaikan diri dengan baik, berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka berhubungan dengan orang lain. Encounter groups berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui pertemuan-pertemuan yang intensif atau konfrontasi-konfrontasi langsung dengan orang-orang yang baru.


Sumber:

  1. Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
  2. Sunardi, P., & M. Assajari. (2008). Teori konseling. Bandung: PLB FIP UPI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar