Jumat, 15 April 2016

Tugas Psikoterapi 2

Nama : Intan Mutia Murti
Kelas : 3PA12
NPM : 14513441

Terapi Humanistik Eksistensialis
1. Konsep dasar pandangan humanistik eksistensialis tentang perilaku / kepribadian
Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Konsep-konsep pandangan humanistik-eksistensialis diantaranya :

Kesadaran diri 
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.

2. Unsur-Unsur Terapi Humanistik Eksistensialis
a. Munculnya Gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.

b. Tujuan Terapi
Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
1) Meluaskan kesadaran diri klien
2) Meningkatkan kesanggupan pilihannya
3) Menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

c. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
Berorientasi pada pertumbuhan
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
Bekerja mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

3. Teknik-teknik terapi Eksistensial-Humanistik
Proses konseling eksistensial humanistik menggambarkan suatu bentuk aliansi terapeutik antara konselor dengan konseli. Konselor eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, konselor perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretsai dan tetap memberikan kebebasan pada klien untuk memilih sendiri manakah diantara alternatif-alternatif yang telah diberikan.
Untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran konseli tentang isu-isu kematian, isolasi, putus asa dan rasa bersalah, konselor perlu melibatkan dirinya dlam kehidupan konseli. Untuk mencapai kondisi seperti itu, konselor harus mengkomunikasikan empati, respek, atau penghargaan, dukungan, dorongan, keterbukaan, dan kepedulian yang tulus. Sepanjang proses konseling, konselor harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga mereka dapat memahami pandangan-pandangan konseli kemudian kemudian membantunya mengekspresikan ketakutan-ketakutannya dan mengambil tanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.

Person Centered Therapy (Rogers)
1. Konsep dasar pandangan Carl Rogers tentang perilaku / kepribadian
Pandangan ini menolak adanya kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya

2. Unsur-unsur terapi
a) Munculnya Gangguan
Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.

b) Tujuan Terapi
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima

c) Peran Terapis
Carl Rogers terkenal dengan kontribusinya terhadap metode terapi. Terapi yang dia praktikan memiliki dua nama yang sama-sama dia pakai. Awalnya dia menyebut metodenya dengan non-direktif, sebab dia berpendapat seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya, akan tetapi membebaskan klien mengarahkan sendiri ke mana terapi akan berujung. Semakin banyak pengalaman yang dia peroleh selama terapi, seorang terapis akan semakin menyadari bahwa dia masih tetap memiliki pengaruh pada kliennya justsru karena dia sama sekali tidak mengarahkannya. Kemudian Rogers mengganti istilah ini dengan metode yang terpusat pada klien. Dia tetap menganggap klienlah yang seharusnya menyatakan apa yang salah pada dirinya, berusaha memperbaikinya sendiri, dan menentukan kesimpulan apa yang akan dihasilkan proses terapi-terapi ini akan tetap “terpusat pada klien” meskipun dia menyadari betul pengaruh terapis terhadap dirinya. Salah satu ungkapan yang dipakai Rogers dalam menggambarkan bagaimana cara kerja metode terapinya ini adalah “berusahalah mendorong dan mendukung, jangan mencoba merekonstruksi”, dan dia juga mencontohkan dengan proses belajar mengendarai sepeda. Satu-satunya teknik yang dikemukakan Rogers untuk menjalankan metode tersebut adalah refleksi. Refleksi adalah pemantulan komunikasi perasaan. Kalau klien berkata saya merasa tidak berguna, maka si terapi bisa memantulkan hal ini kembali pada klien .

3. Teknik-teknik terapi
Dalam kerangka Client Centered Therapy, teknik-teknik yang bisa dilakukan adalah pengungkapan dan pengkomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagi upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan dan mengeksplorasi. Menurut pandangan Client Cenetered, penggunaaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasi hubungan terapis klien.

Logoterapi (Frankl) 
1. Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku / kepribadian
Tiga konsep fundamental yang perlu kita ketahui dalam hubungan dengan logoterapi, antara lain:
Freedom of Will (bebas dari kemauan)
Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri / tegak apa pun kondisi yang dialami manusia. Disini manusia bebas untuk menentukan sikapnya menghadapi keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana di luar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas dari kemauan tidak berarti bebas dari kondisi-kondisi biologis, fisik, sosiologis dan psikologis. Tapi lebih merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, tetapi juga menghadapi diri sendiri.
“Will-to-meaning”, yaitu suatu kemauan untuk menemukan arti hidupnya. “Will to meaning” ini suatu dorongan kemauan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya. Will to meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat mungkin nilai-nilai hidup manusia dalam dirinya.
“The meaning of life” yaitu arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksudkan disini adalah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspon karena kita semua bertanggungjawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan bukan dalam bentuk kata- kata tapi dalam bentuk tindakan, dengan melakukannya.

2. Unsur-unsur terapi
a. Munculnya Gangguan
Logoterapi menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan. Jika dikaitkan dengan konseling maka Konseling logoterapi suatu pendekatan yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). 

b. Tujuan Terapi
Terapi Logo (Logo Therapy) bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi, klien bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.

c. Peranan Terapis
Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan terapis
Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
Mengendalikan filsafat pribadi
Terapis bukan guru atau pengkhotbah
Memberi makna lagi pada hidup
Memberi makna lagi pada penderitaan
Menekankan makna kerja
Menekankan makna cinta

3. Teknik-teknik dalam Logoterapi :
a) Paradoxical Intention  (pembalikan keinginan) 
Teknik  paradoxical intention  pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri (biologis dan psikologis) dan lingkungan. Titik tolak dari  paradoxical intention ada dua: pertama adalah kesanggupan manusia untuk bebas bersikap atau mengambil jarak terhadap diri sendiri, termasuk didalamnya sikap terhadap tingkah laku dan masalah-masalah yang dihadapinya. Kedua adalah, bahwa kesengajaan yang memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin dihindarinya, dan kesengajaan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya.

b) De-reflection  (meniadakan perenungan)
Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat.

c) Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani kirannya bisa dilihat sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu.

Sumber :
1. Corey, G. (1988). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : Refika Aditama
2. Naisaban L. (2004). Para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta : Grasindo
3. Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kasinus
4. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008. Surabaya : Unesa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar