Selasa, 22 November 2016
Harapan dan Impian
Semakin bertambah usia, semakin berkembang pula pengalaman, kebutuhan dan keinginan baru. Ada yang menjadi lebih kompleks, ada juga yang semakin sederhana. Waktu masih SD, tugas sekolah hanya sekali-sekali. Sekarang, deadline tugas berulang kali. Dulu ketika masih kecil, ingin jadi dokter, astronot, guru sejarah. Sekarang, bisa lulus kuliah tepat waktu saja sudah alhamdulillah. Namun bagaimana pun kejadiannya, semua itu adalah proses yang harus dijalani, dipahami dan disyukuri oleh setiap orang. Tidak terkecuali untuk saya. Ada beberapa hal yang berbeda, namun ada juga yang tetap sama antara saya yang dulu dan sekarang. Salah satu hal yang tetap sama adalah keinginan menjadi pelajar terpuji dan berprestasi yang kemudian naik keatas panggung pada acara kelulusan peserta didik. Saya ingin membuat bangga orang tua dan teman-teman. Saya ingin menjadi inspirasi dan bermanfaat untuk orang lain. Jika pada akhirnya tidak terwujud, saya tetap bersyukur, karena setidaknya saya memiliki harapan. Harapan itulah sumber yang telah membuat saya bergerak untuk menjadi pribadi yang lebih maju.
Kamis, 20 Oktober 2016
Tugas 2 Sistem Informasi Psikologi
Nama : Intan
Mutia Murti
Kelas : 4PA12
NPM :
14513441
Contoh Kasus
Seorang anak SMA bernama Gadis baru saja mendapat
masalah. Pagi hari ia bangun telat karena semalam dirumahnya mati listrik
sehingga tidur terlalu larut. Ketika sampai sekolah ia datang terlambat. Ia pun
lupa mengerjakan tugas karena keadaan semalam. Ia mendapat dua hukuman hari itu
yaitu hormat kepada bendera di lapangan dan lari mengelilingi lapangan sebanyak
2 kali. Setelah jam sekolah berakhir dan ia sampai dirumah ia baru ingat
ternyata ponselnya tertinggal dikelas. Akhirnya ia kembali lagi ke sekolah
dengan cuaca yang cukup terik.
Setelah ponselnya ditemukan dan sudah kembali
kerumah,ia mengerutu dalam kamar dan kesal dengan apa yang terjadi padanya hari
ini. Suasana hatinya tidak baik. Ia mecoba menghubungi teman-temannya untuk
berbagi cerita pengalamannya hari ini, namun tidak ada yang bisa meluangkan
waktu. Ia semakin sedih dan kesal
Solusi:
Solusi yang dapat diterapkan untuk kasus diatas
ialah Gadis dapat memanfaatkan berbagai aplikasi internet salah satunya seperti
SimiSimi sebagai teman dunia maya untuk mengobrol atau berbagi cerita dan keluh
kesah yang terjadi. SimSimi adalah aplikasi kecerdasan buatan yang mampu
menjawab percakapan kompleks dengan menggunakan bahasa yang cukup detail. Semua
percakapan (yang bahkan akan menjadi tidak logis) akan terdengar cukup masuk
akal. Gadis bisa menghibur diri
dengan menuliskan hal-hal menggelikan dan melihat bagaimana SimiSimi merespons,
yang kadang responsnya cukup memberi kejutan dan memancing tawa. Dengan
adanya aplikasi tersebut, beban atau perasaan kesal Gadis dapat sedikit berkurang.
Suasana hati Gadis pun dapat membaik karena ia merasa memiliki seseorang yang
menghargai dan mau mendengarkannya.
Minggu, 09 Oktober 2016
Tugas 1: Sistem Informasi Psikologi
Nama : Intan Mutia Murti
Kelas : 4PA12
NPM : 14513441
Pada
tulisan saya kali ini, saya akan membahas mengenai Sistem Informasi Psikologi.
Pertama kita akan membahas pengertian sistem.
Sistem adalah
sekumpulan komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang sama.
Elemen-elemen sistem yaitu input, proses, output. Sistem memiliki
beberapa karakteristik diantaranya
Memiliki komponen
Memiliki batasan (boundaries)
Memiliki lingkungan (environment)
Memiliki interface
Memiliki input
Memiliki output
Memiliki pengolah
Memiliki sasaran atau tujuan
Sistem juga diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:
ü Sistem abstrak dan sistem fisik
Sistem Abstrak:
Sistem yang berisi gagasan atau konsep
Contoh:
Sistem Teologi -> hubungan Manusia, Alam dan
Allah.
Sistem Fisik:
Sistem yang secara fisik dapat dilihat
Contoh:
Sistem Komputer, Sistem Transportasi, Sistem
Perguruan Tinggi
ü Sistem alamiah dan Sistem
buatan manusia
Sistem Alamiah:
Sistem yang terjadi secara alamiah tanpa campur tangan manusia
Contohnya:
Sistem Tata Surya
Sistem Buatan Manusia:
Sistem yang dibuat oleh manusia
Contohnya:
Sistem Komputer, Sistem Mobil, Sistem Telekomunikasi
ü Sistem tertentu dan sistem
tidak tentu
ü Sistem Tertutup dan Sistem
Terbuka
Sistem Alamiah:
Sistem yang terjadi secara alamiah tanpa campur tangan manusia
Contohnya:
Sistem Tata Surya
Sistem Buatan Manusia:
Sistem yang dibuat oleh manusia
Contohnya:
Sistem Komputer, Sistem Mobil, Sistem Telekomunikasi
Setelah
mengetahui penjelasan mengenai sistem, berikut adalah penjelasan dari
informasi.
Informasi adalah data
yang sudah mengalami pemrosesan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh
penggunanya dalam membuat keputusan.
Menurut Laudon (dalam
Gaol, 2008) informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir
bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
Menurut Gaol, 2008,
informasi adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil
keputusan/manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Sistem Informasi (SI) adalah kombinasi dari teknologi informasi dan
aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan
manajemen. Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering
digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan
teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak
hanya pada penggunaan organisasi teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk cara dimana
orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.
Tujuan
Sistem Informasi
Tujuan
dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Sistem informasi adalah
data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Data yang
diolah saja tidak cukup dapat dikatakan sebagai suatu informasi. Untuk dapat
berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat
kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness),
dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung
oleh tiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna,
tetapi merupakan sampah (garbage).
Pengertian
psikologi menurut beberapa ahli diantaranya adalah
Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia
Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan
binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat
dilihat secara langsung.
Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001),
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya
dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat
psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain
sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya.
Jadi dari beberapa
penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Sistem Informasi Psikologi adalah
sistem yang digunakan untuk mengolah informasi mengenai ilmu psikologi guna
meningkatkan pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencanaan, dan
pengelolaan.
Sumber:
- ana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../SISTEM+INFORMASI.ppt
- Gaol, L, Jimmy. (2008). Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo
- Hariyanto. (2011). Pengertian psikologi menurut beberapa ahli. Diakses pada 9 Oktober 2016 dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi#cite_note-1
- Sarosa, S. (2009). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Grasindo
Senin, 20 Juni 2016
Tugas Psikoterapi 4
REVIEW PSIKOTERAPI
Nama : Intan Mutia Murti
Kelas : 3PA12
NPM : 14513441
1.
Terapi Psikoanalisa
Tokoh psikoanalisa
adalah Sigmund Freud. Pada dasarnya psikoanalisa adalah satu aliran
psikoterapi. Ide dasarnya adalah adanya upaya mengangkat pikiran tidak sadar
untuk muncul ke permukaan dan disadari eksistensinya dengan cara asosiasi
bebas.Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam menyadari problematika yang
dihadapinya dan mengendalikan goncangan kejiwaan yang berasal darinya. Teknik
terapi psikoanalisis diantaranya adalah asosiasi bebas, analisis mimpi,
analisis transferensi, dan resistensi.
·
Kekurangan Terapi
Terapi ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang terapis. Terapis harus memiliki kemampuan yang handal agar mampu
mengungkap masalah klien di masa lalu. Terapi ini juga membutuhkan waktu yang
lama.
·
Kelebihan Terapi
Terapi ini mampu mengungkap masalah
klien di masa lalu yang tidak disadari secara memdalam sehingga klien dapat
memperbaikinya di kehidupan mendatang.
2.
Terapi Humanistik Eksistensialis
Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia.
Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas
manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi
klien. Tujuan terapi ini adalah meluaskan kesadaran diri klien, meningkatkan
kesanggupan pilihannya dan menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah
hidupnya.
·
Kekurangan Terapi
Terapi ini membutuhkan waktu yang lama dan
terknik yang dilakukan tidak terlihat jelas. Terapi ini juga terlalu fokus pada
kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah.
·
Kelebihan Terapi
Terapi ini memberikan kesadaran bagi klien
untuk bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
3.
Terapi Person
Centered
Terapi ini terpusat pada klien yang
dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina
kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan
untuk memecahkan masalah sendiri.
·
Kekurangan
Terapi
Terapis sulit untuk bersifat netral dalam
situasi hubungan interpersonal. Sejumlah terapis kadang salah tafsir atau
menyederhanakan sikap-sikap sentral dari posisi person centered.
·
Kelebihan Terapi
Pada terapi ini klien bebas menentukan
arah pembicaraan dalam menyelesaikan masalahnya. Terapi ini juga mampu
menjadikan klien lebih menyadari kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah dan
menjadi pribadi yang lebih baik
4.
Terapi Logotheraphy
Terapi Logo (Logotherapy) bertujuan agar
dalam masalah yang dihadapi, klien bisa menemukan makna dari penderitaan dan
kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya
sehingga bebas dari masalah tersebut. Teknik-teknik dalam logoterapi adalah paradoxical intention, de-ref;ection, dan bimbingan rohani.
·
Kekurangan
Terapi
Teknik yang dilakukan lebih rumit dan
tidak dapat diterapkan secara tunggal.
·
Kelebihan Terapi
Melalui logotheraphy klien mampu menemukan makna positif yang terkandung
dalam setiap masalah yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri dan meraih
hidup yang lebih berkualitas.
5.
Terapi RET (Rational
Emotive Thetaphy)
Terapi ini dikembangkan
oleh Albert Ellis. Terapi ini bertujuan untuk mengubah pikiran irasional
menjadi lebih rasional dan perilaku menjadi lebih positif. Teknik RET dibagi
menjadi teknik kognitif, teknik emotif dan teknik perilaku.
·
Kekurangan Terapi
RET kurang memperhatikan faktor
ketidaksadaran dan hubungan antara klien dengan terapis sehingga klien mudah
diintimidasi oleh konfrontasi terapis.
·
Kelebihan Terapi
Terapi ini membantu klien untuk bepikir
lebih rasional dan terbuka sehingga klien dapat berperilaku lebih bijak dalam
menyelesaikan masalah.
6.
Terapi Behavioral
Dalam konsep behavioral,
perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah
dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, teori konseling behavioral hakekatnya merupakan aplikasi
prinsip-prinsip dan teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan
gangguan tingkah laku. Teknik teknik Behavioral
Therapy diantaranya adalah disensitisasi sistematis, latihan asertif,
terapi aversi, penghentian pikiran, kontrol diri dan pekerjaan rumah
·
Kekurangan
Terapi
Terapi ini kurang menyentuh aspek
pribadi, lebih terfokus pada teknik dan bersifat manipulatif.
·
Kelebihan Terapi
Terapi ini membantu klien menghilangkan
perilaku maladaptif melalui proses belajar. Terapi Behavioral merupakan terapi yang lebih riil dibanding terapi
lainnya karena berbentuk aksi nyata. Teknik yang dapat dilakukan pun beragam
dengan menyesuaikan masalah yang ada.
7.
Terapi Kelompok (Group
Theraphy)
Terapi ini dilakukan
secara berkelompok dimana tiap individu memiliki permasalahan yang serupa.
Dalam terapi ini para anggota kelompok saling mendengarkan, menceritakan
pengalaman satu sama lain dan berpendapat untuk setiap masalah yang ada. Bentuk
terapi kelompok diantaranya adalah
psikodrama, bermain peran dan encounter
groups.
·
Kekurangan
Terapi
Tidak semua klien mampu membaur dan
terbuka untuk berbagi pengalaman kepada anggota kelompok lain.
·
Kelebihan Terapi
Terapi kelompok memberi peluang bagi klien untuk
mempelajari bagaimana orang lain menangani mengalami masalah yang serupa. Klien
merasa lebih nyaman dalam menceritakan masalahnya terhadap para anggota
kelompok. Terapi ini juga lebih murah karena dapat menangani beberapa klien
dalam waktu yang sama.
Jumat, 20 Mei 2016
Tugas Psikoterapi 3
Nama : Intan Mutia Murti
Kelas : 3PA12
NPM : 14513441
RATIONAL
EMOTIVE THERAPY (RET)
Tokoh utama Rational Emotive Therapy ini adalah
Albert Ellis. Terapi ini hakekatnya dibangun berdasar atas ketidakpuasan Albert
Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasar atas pemahamannya tentang
teori behavioral.
Konsep
Utama
RET dibangun berdasar
atas filosofi bahwa “apa yang mengganggu jiwa manusia bukanlah
peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka
terhadap peristiwa-peristiwa tersebut”.
RET tidak memusatkan
perhatian kepada peristiwa-peristiwa masa lalu tetapi lebih kepada peristiwa
yang terjadi saat ini dan bagaimana reaksi terhadap peristiwa tersebut.
RET didasari asumsi
bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional.
Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam cara
itu. Sedangkan gangguan emosional terletak pada keyakinan irasional. Dengan
kata lain kejadian irasional lah yang menyebabkan gangguan emosional. Bila
seseorang mereaksi sesuatu dengan keyakinan irasional maka ia akan memndang
diri sendiri dan orang lain sebagai jahat, kejam, atau mengerikan. Asumsi
lainnya, bahwa berpikir dan emosi merupakan dua hal yang saling tumpang tindih
dan terkait.
Tujuan
Rational Emotive Therapy
Menurut Thomson dan
Rudolf, tujuan RET adalah:
- Mengajarkan klien untuk berpikir dan secara personal lebih puas dalam cara-cara merealisasikan pilihan-pilihan antara kebencian diri dan perilaku negatif.
- Meningkatkan perilaku positif dan efisien.
Dalam istilah lain,
tujuan utama RET adalah:
- Membantu klien memahami kepercayaan irrasionalnya dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.
- Membantu klien menjadi evaluator atas dirinya sendiri, sehingga dapat belajar untuk hidup sehat, mengontrol diri dan bertanggung jawab atas kehidupannya.
Teknik-Teknik Rational Emotive Therapy
- Teknik Koginitif
Teknik
ini digunakan untuk mengubah cara berpikir klien. Teknik-teknik ini meliputi
pengajaran, persuasif, konfrontasi dan pemberian tugas.
- Teknik Emotif
Teknik
ini digunakan untuk mengubah emosi klien. Teknik-teknok tersebut meliputi
sosidrama, role playing, modelling,
latihan asertif, humor serta latihan melawan rasa malu.
- Teknik Perilaku
Teknik
ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan.
Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah penerapan prinsip penguatan (reinforcement), permodelan sosial (social modelling) dan relaksasi.
TERAPI PERILAKU (BEHAVIORAL THERAPY)
Konsep
Utama
Dalam pandangannya
tentang hakekat manusia, teori behavioral menganggap bahwa pada dasarnya
manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik dengan
sedikit peran aktifnya untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil
respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi
ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Dalam konsep
behavioral, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga
dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian,
teori konseling behavioral hakekatnya merupakan aplikasi prinsip-prinsip dan
teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan gangguan tingkah
laku. Asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar
yang keliru, dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat
lebih sesuai. Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah suai dan
menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai.
Tujuan
Behavioral Therapy
- Menghapus pola-pola perilaku maladaptif dan membantu klie mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih konstruktif.
- Mengubah tingkah laku maladaptif.
- Menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadinya proses belajar ulang.
Metode
Behavioral Therapy
- Operant Conditioning
Dalam
metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang
diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat
perilaku klien yang dikehendaki.
- Unitative Learning atau Social Modelling
Dalam
metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif
yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran,
berprogram, video, film, biografi atau orang.
- Cognitive Learning
Metode
ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien.
- Emotional Learning
Metode
ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan
situasi rileks dengan menghadirkan rangsang yang menimbulkan kecemasan bersama
dengan suatu rangsang yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur
kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.
Teknik
Behavioral Therapy
* Desensitisasi
Sistematis
* Latihan Asertif
* Terapi Aversi
* Penghentian Pikiran
* Kontrol Diri
* Pekerjaan Rumah
TERAPI KELOMPOK
Karena
begitu banyak pasien yang datang kepada terapis, maka terapis menggunakan
perawatan dalam kelompok. Faktor dinamik yang berkembang dari situasi kelompok
itu sendiri menampilkan faktor-faktor baru yang oleh beberapa terapis dianggap
sebagai suatu kelebihan terhadap terapi individual.
Pendekatan terapi kelompok
Pendekatan
khusus yang yang digunakan oleh terapis atau pemimpin kelompok terhadap
perawatan tergantung pada orientasi teoritis dari terapi. Misalnya dalam
kelompok-kelompok psikoanalitik, penekanan mungkin terletak pada
interpretasi-interpretasi dan tranferensi-tranferensi yang muncul antara
anggota kelompok atau antara anggota kelompok dengan terapis. Kelompok-kelompok
Person Centered berusaha menciptakan
suatu situasi penerimaan supaya pasien-pasien menyelidiki perasaan-perasaan
mereka yang lebih dalam tanpa takut terhadap kritik orang lain. Dalam kelompok
terapi tingkah laku, orang-orang yang mengalami masalah yang sama mungkin
bersama-sama menentukan suatu kelompok yang menggunakan teknik tertentu,
seperti desensitisasi sistematik.
Kegunaan Terapi Kelompok
Terapi
kelompok memiliki beberapa keuntungan khusus, yaitu:
- Terapi kelompok lebih murah karena beberapa pasien ditangani pada waktu yang sama
- Format kelompok memberi peluang kepada pasien untuk mempelajari bagaimana orang lain yang mengalami masalah-masalah yang serupa menangani kesulitan-kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam kelompok dan terapis memberi mereka dukungan sosial.
- Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan sumber daya yang terbata
- Terapi kelompok dapat memberikansumber informasi dan pengalaman hidup yang dapat ditimba oleh pasien.
- Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang tepat.
- Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami seseorang bukanlah hal-hal yang unik.
- Para anggota kelompok yang bertambah baik merupakan sumber pengaharapan bagi anggota-anggota lain dalam kelompok.
- Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani orang secara lebih efektif.
Bentuk-Bentuk Terapi Kelompok
- Psikodrama
Merupakan bentuk variasi terapi kelompok dimana
pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton
tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari psikodrama ini adalah
membantu seorang pasien atau sekelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah
pribadi dengan menggunakan permainan peran, drama, atau terapi tindakan. Lewat
cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang
konflik, kemarahan, agresi, pperasaan bersalah, dan kesedihan.
- Bermain Peran (Role Playing)
Merupakan suatu variasi dari psikodrama yang tidak
menggunakan alat-alat sandiwara (drama) dan teknik ini banyak digunakan untuk
mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai
situasi kelompok, misalnya ruang kelas, program-program hubungan manusia dalam
bidang usaha dan industri dan dalam pertemuan-pertemuan latihan (training).
- Encounter groups
Encounter groups bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran
diri dengan berfokus pada cara bagaimana anggota kelompok berhubungan satu sama
lain dalam suatu situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan-perasaan
secara terus terang. Encounter groups
tidak berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat,
tetapi hanya ditujukan kepada orang yang menyesuaikan diri dengan baik,
berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka
berhubungan dengan orang lain. Encounter
groups berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui
pertemuan-pertemuan yang intensif atau konfrontasi-konfrontasi langsung dengan
orang-orang yang baru.
Sumber:
- Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
- Sunardi, P., & M. Assajari. (2008). Teori konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
Jumat, 15 April 2016
Tulisan Psikoterapi 2
Berikut adalah contoh kasus yang dapat diterapkan dalam Client Centered Therapy, dari Dewi Ayu, 15 Tahun.
Saya baru masuk SMA, dan rasanya sulit sekali. SMA yang saya tempati ini bisa dikatakan sekolah favorit di kota saya. Jujur, saya berasal dari SMP yang tidak seberapa bernama. Sangat sedikit anak-anak dari sekolah saya yang masuk SMA ini. Saya tidak mengenal hampir semua anak di SMA sini. Kebanyakan, yang berada di SMA ini berasal dari SMP favorit juga.
Saya merasa sangat sendiri. Di kelas saya duduk di barisan paling belakang pojok sendiri, tidak ada teman sebangku. Ketika istirahat, tak ada satu teman pun yang ingin mengajak saya ke kantin. Padahal saya sudah berusaha bersikap baik dengan mereka. Mereka bisa berinteraksi dengan yang lain karena memang sebelumnya mereka sudah saling kenal.
Kalau ada tugas kelompok, saya bingung sekali. Saya tidak tahu harus bergabung di kelompok mana. Saya ke sana kemari mencari kelompok, tapi mereka selalu bilang, "Sudah pas". Akhirnya saya melakukannya sendiri, dibantu dengan ibu saya. Hampir tiap malam saya rasanya ingin menangis. Saya ingin keluar dari sekolah ini. Tapi percuma.
SMA ini tidak seperti yang saya bayangkan. Saat saya di SMP, hampir semua anak mengenal saya, tapi di sini, saya merasa terasing.
Contoh diatas dapat disimpulkan bahwa Dewi merasa rendah diri sehingga enggan untuk berbaur dengan teman-temannya. Kasus rendah diri ini dapat diatasi dengan menerapkan Person Centered Therapy. Terapi ini dapat diterapkan mengenai hal-hal yang menyangkut konsep diri aktualisasi diri, teori kepribadian dan lain-lain. Konselor berusaha mengeksplorasi klien secara tebuka agar klien dapat menyatakan keadaan dirinya secara terbuka. Konselor juga mendorong klien secara perlahan–lahan pada pemahaman terhadap apa yang ada dibalik itu semua. Selanjutnya konselor berusaha memberikan iklim yang mendukung pertumbuhan ketika klien berhubungan dengan perasannya, dan menetapkan tujuan serta arah yang tampaknya tepat baginya. Sehingga yang diharapkan, klien dapat menemukan jalan keluarnya sendiri
Saya baru masuk SMA, dan rasanya sulit sekali. SMA yang saya tempati ini bisa dikatakan sekolah favorit di kota saya. Jujur, saya berasal dari SMP yang tidak seberapa bernama. Sangat sedikit anak-anak dari sekolah saya yang masuk SMA ini. Saya tidak mengenal hampir semua anak di SMA sini. Kebanyakan, yang berada di SMA ini berasal dari SMP favorit juga.
Saya merasa sangat sendiri. Di kelas saya duduk di barisan paling belakang pojok sendiri, tidak ada teman sebangku. Ketika istirahat, tak ada satu teman pun yang ingin mengajak saya ke kantin. Padahal saya sudah berusaha bersikap baik dengan mereka. Mereka bisa berinteraksi dengan yang lain karena memang sebelumnya mereka sudah saling kenal.
Kalau ada tugas kelompok, saya bingung sekali. Saya tidak tahu harus bergabung di kelompok mana. Saya ke sana kemari mencari kelompok, tapi mereka selalu bilang, "Sudah pas". Akhirnya saya melakukannya sendiri, dibantu dengan ibu saya. Hampir tiap malam saya rasanya ingin menangis. Saya ingin keluar dari sekolah ini. Tapi percuma.
SMA ini tidak seperti yang saya bayangkan. Saat saya di SMP, hampir semua anak mengenal saya, tapi di sini, saya merasa terasing.
Contoh diatas dapat disimpulkan bahwa Dewi merasa rendah diri sehingga enggan untuk berbaur dengan teman-temannya. Kasus rendah diri ini dapat diatasi dengan menerapkan Person Centered Therapy. Terapi ini dapat diterapkan mengenai hal-hal yang menyangkut konsep diri aktualisasi diri, teori kepribadian dan lain-lain. Konselor berusaha mengeksplorasi klien secara tebuka agar klien dapat menyatakan keadaan dirinya secara terbuka. Konselor juga mendorong klien secara perlahan–lahan pada pemahaman terhadap apa yang ada dibalik itu semua. Selanjutnya konselor berusaha memberikan iklim yang mendukung pertumbuhan ketika klien berhubungan dengan perasannya, dan menetapkan tujuan serta arah yang tampaknya tepat baginya. Sehingga yang diharapkan, klien dapat menemukan jalan keluarnya sendiri
Sumber :
1. http://female.kompas.com/read/2012/11/20/08164855/kesepian.karena.sulit.berbaur.di.lingkungan.baru diakses pada tanggal 15 April 2016, 16:20
Tugas Psikoterapi 2
Nama : Intan Mutia Murti
Kelas : 3PA12
NPM : 14513441
Terapi Humanistik Eksistensialis
1. Konsep dasar pandangan humanistik eksistensialis tentang perilaku / kepribadian
Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Konsep-konsep pandangan humanistik-eksistensialis diantaranya :
• Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
• Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
• Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
2. Unsur-Unsur Terapi Humanistik Eksistensialis
a. Munculnya Gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
b. Tujuan Terapi
Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
1) Meluaskan kesadaran diri klien
2) Meningkatkan kesanggupan pilihannya
3) Menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
• Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
• Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
• Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
• Berorientasi pada pertumbuhan
• Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
• Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
• Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
• Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
• Bekerja mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3. Teknik-teknik terapi Eksistensial-Humanistik
Proses konseling eksistensial humanistik menggambarkan suatu bentuk aliansi terapeutik antara konselor dengan konseli. Konselor eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, konselor perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretsai dan tetap memberikan kebebasan pada klien untuk memilih sendiri manakah diantara alternatif-alternatif yang telah diberikan.
Untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran konseli tentang isu-isu kematian, isolasi, putus asa dan rasa bersalah, konselor perlu melibatkan dirinya dlam kehidupan konseli. Untuk mencapai kondisi seperti itu, konselor harus mengkomunikasikan empati, respek, atau penghargaan, dukungan, dorongan, keterbukaan, dan kepedulian yang tulus. Sepanjang proses konseling, konselor harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga mereka dapat memahami pandangan-pandangan konseli kemudian kemudian membantunya mengekspresikan ketakutan-ketakutannya dan mengambil tanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.
Person Centered Therapy (Rogers)
1. Konsep dasar pandangan Carl Rogers tentang perilaku / kepribadian
Pandangan ini menolak adanya kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya
2. Unsur-unsur terapi
a) Munculnya Gangguan
Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
b) Tujuan Terapi
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima
c) Peran Terapis
Carl Rogers terkenal dengan kontribusinya terhadap metode terapi. Terapi yang dia praktikan memiliki dua nama yang sama-sama dia pakai. Awalnya dia menyebut metodenya dengan non-direktif, sebab dia berpendapat seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya, akan tetapi membebaskan klien mengarahkan sendiri ke mana terapi akan berujung. Semakin banyak pengalaman yang dia peroleh selama terapi, seorang terapis akan semakin menyadari bahwa dia masih tetap memiliki pengaruh pada kliennya justsru karena dia sama sekali tidak mengarahkannya. Kemudian Rogers mengganti istilah ini dengan metode yang terpusat pada klien. Dia tetap menganggap klienlah yang seharusnya menyatakan apa yang salah pada dirinya, berusaha memperbaikinya sendiri, dan menentukan kesimpulan apa yang akan dihasilkan proses terapi-terapi ini akan tetap “terpusat pada klien” meskipun dia menyadari betul pengaruh terapis terhadap dirinya. Salah satu ungkapan yang dipakai Rogers dalam menggambarkan bagaimana cara kerja metode terapinya ini adalah “berusahalah mendorong dan mendukung, jangan mencoba merekonstruksi”, dan dia juga mencontohkan dengan proses belajar mengendarai sepeda. Satu-satunya teknik yang dikemukakan Rogers untuk menjalankan metode tersebut adalah refleksi. Refleksi adalah pemantulan komunikasi perasaan. Kalau klien berkata saya merasa tidak berguna, maka si terapi bisa memantulkan hal ini kembali pada klien .
3. Teknik-teknik terapi
Dalam kerangka Client Centered Therapy, teknik-teknik yang bisa dilakukan adalah pengungkapan dan pengkomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagi upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan dan mengeksplorasi. Menurut pandangan Client Cenetered, penggunaaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasi hubungan terapis klien.
Logoterapi (Frankl)
1. Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku / kepribadian
Tiga konsep fundamental yang perlu kita ketahui dalam hubungan dengan logoterapi, antara lain:
• Freedom of Will (bebas dari kemauan)
Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri / tegak apa pun kondisi yang dialami manusia. Disini manusia bebas untuk menentukan sikapnya menghadapi keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana di luar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas dari kemauan tidak berarti bebas dari kondisi-kondisi biologis, fisik, sosiologis dan psikologis. Tapi lebih merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, tetapi juga menghadapi diri sendiri.
• “Will-to-meaning”, yaitu suatu kemauan untuk menemukan arti hidupnya. “Will to meaning” ini suatu dorongan kemauan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya. Will to meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat mungkin nilai-nilai hidup manusia dalam dirinya.
• “The meaning of life” yaitu arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksudkan disini adalah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspon karena kita semua bertanggungjawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan bukan dalam bentuk kata- kata tapi dalam bentuk tindakan, dengan melakukannya.
2. Unsur-unsur terapi
a. Munculnya Gangguan
Logoterapi menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan. Jika dikaitkan dengan konseling maka Konseling logoterapi suatu pendekatan yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented).
b. Tujuan Terapi
Terapi Logo (Logo Therapy) bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi, klien bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.
c. Peranan Terapis
Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan terapis
• Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
• Mengendalikan filsafat pribadi
• Terapis bukan guru atau pengkhotbah
• Memberi makna lagi pada hidup
• Memberi makna lagi pada penderitaan
• Menekankan makna kerja
• Menekankan makna cinta
3. Teknik-teknik dalam Logoterapi :
a) Paradoxical Intention (pembalikan keinginan)
Teknik paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri (biologis dan psikologis) dan lingkungan. Titik tolak dari paradoxical intention ada dua: pertama adalah kesanggupan manusia untuk bebas bersikap atau mengambil jarak terhadap diri sendiri, termasuk didalamnya sikap terhadap tingkah laku dan masalah-masalah yang dihadapinya. Kedua adalah, bahwa kesengajaan yang memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin dihindarinya, dan kesengajaan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya.
b) De-reflection (meniadakan perenungan)
Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat.
c) Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani kirannya bisa dilihat sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu.
Sumber :
1. Corey, G. (1988). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : Refika Aditama
2. Naisaban L. (2004). Para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta : Grasindo
3. Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kasinus
4. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008. Surabaya : Unesa
Kelas : 3PA12
NPM : 14513441
Terapi Humanistik Eksistensialis
1. Konsep dasar pandangan humanistik eksistensialis tentang perilaku / kepribadian
Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Konsep-konsep pandangan humanistik-eksistensialis diantaranya :
• Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
• Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
• Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
2. Unsur-Unsur Terapi Humanistik Eksistensialis
a. Munculnya Gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
b. Tujuan Terapi
Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
1) Meluaskan kesadaran diri klien
2) Meningkatkan kesanggupan pilihannya
3) Menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
• Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
• Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
• Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
• Berorientasi pada pertumbuhan
• Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
• Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
• Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
• Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
• Bekerja mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3. Teknik-teknik terapi Eksistensial-Humanistik
Proses konseling eksistensial humanistik menggambarkan suatu bentuk aliansi terapeutik antara konselor dengan konseli. Konselor eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, konselor perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretsai dan tetap memberikan kebebasan pada klien untuk memilih sendiri manakah diantara alternatif-alternatif yang telah diberikan.
Untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran konseli tentang isu-isu kematian, isolasi, putus asa dan rasa bersalah, konselor perlu melibatkan dirinya dlam kehidupan konseli. Untuk mencapai kondisi seperti itu, konselor harus mengkomunikasikan empati, respek, atau penghargaan, dukungan, dorongan, keterbukaan, dan kepedulian yang tulus. Sepanjang proses konseling, konselor harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga mereka dapat memahami pandangan-pandangan konseli kemudian kemudian membantunya mengekspresikan ketakutan-ketakutannya dan mengambil tanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.
Person Centered Therapy (Rogers)
1. Konsep dasar pandangan Carl Rogers tentang perilaku / kepribadian
Pandangan ini menolak adanya kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya
2. Unsur-unsur terapi
a) Munculnya Gangguan
Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
b) Tujuan Terapi
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima
c) Peran Terapis
Carl Rogers terkenal dengan kontribusinya terhadap metode terapi. Terapi yang dia praktikan memiliki dua nama yang sama-sama dia pakai. Awalnya dia menyebut metodenya dengan non-direktif, sebab dia berpendapat seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya, akan tetapi membebaskan klien mengarahkan sendiri ke mana terapi akan berujung. Semakin banyak pengalaman yang dia peroleh selama terapi, seorang terapis akan semakin menyadari bahwa dia masih tetap memiliki pengaruh pada kliennya justsru karena dia sama sekali tidak mengarahkannya. Kemudian Rogers mengganti istilah ini dengan metode yang terpusat pada klien. Dia tetap menganggap klienlah yang seharusnya menyatakan apa yang salah pada dirinya, berusaha memperbaikinya sendiri, dan menentukan kesimpulan apa yang akan dihasilkan proses terapi-terapi ini akan tetap “terpusat pada klien” meskipun dia menyadari betul pengaruh terapis terhadap dirinya. Salah satu ungkapan yang dipakai Rogers dalam menggambarkan bagaimana cara kerja metode terapinya ini adalah “berusahalah mendorong dan mendukung, jangan mencoba merekonstruksi”, dan dia juga mencontohkan dengan proses belajar mengendarai sepeda. Satu-satunya teknik yang dikemukakan Rogers untuk menjalankan metode tersebut adalah refleksi. Refleksi adalah pemantulan komunikasi perasaan. Kalau klien berkata saya merasa tidak berguna, maka si terapi bisa memantulkan hal ini kembali pada klien .
3. Teknik-teknik terapi
Dalam kerangka Client Centered Therapy, teknik-teknik yang bisa dilakukan adalah pengungkapan dan pengkomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagi upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan dan mengeksplorasi. Menurut pandangan Client Cenetered, penggunaaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasi hubungan terapis klien.
Logoterapi (Frankl)
1. Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku / kepribadian
Tiga konsep fundamental yang perlu kita ketahui dalam hubungan dengan logoterapi, antara lain:
• Freedom of Will (bebas dari kemauan)
Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri / tegak apa pun kondisi yang dialami manusia. Disini manusia bebas untuk menentukan sikapnya menghadapi keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana di luar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas dari kemauan tidak berarti bebas dari kondisi-kondisi biologis, fisik, sosiologis dan psikologis. Tapi lebih merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, tetapi juga menghadapi diri sendiri.
• “Will-to-meaning”, yaitu suatu kemauan untuk menemukan arti hidupnya. “Will to meaning” ini suatu dorongan kemauan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya. Will to meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat mungkin nilai-nilai hidup manusia dalam dirinya.
• “The meaning of life” yaitu arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksudkan disini adalah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspon karena kita semua bertanggungjawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan bukan dalam bentuk kata- kata tapi dalam bentuk tindakan, dengan melakukannya.
2. Unsur-unsur terapi
a. Munculnya Gangguan
Logoterapi menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan. Jika dikaitkan dengan konseling maka Konseling logoterapi suatu pendekatan yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented).
b. Tujuan Terapi
Terapi Logo (Logo Therapy) bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi, klien bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.
c. Peranan Terapis
Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan terapis
• Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
• Mengendalikan filsafat pribadi
• Terapis bukan guru atau pengkhotbah
• Memberi makna lagi pada hidup
• Memberi makna lagi pada penderitaan
• Menekankan makna kerja
• Menekankan makna cinta
3. Teknik-teknik dalam Logoterapi :
a) Paradoxical Intention (pembalikan keinginan)
Teknik paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri (biologis dan psikologis) dan lingkungan. Titik tolak dari paradoxical intention ada dua: pertama adalah kesanggupan manusia untuk bebas bersikap atau mengambil jarak terhadap diri sendiri, termasuk didalamnya sikap terhadap tingkah laku dan masalah-masalah yang dihadapinya. Kedua adalah, bahwa kesengajaan yang memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin dihindarinya, dan kesengajaan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya.
b) De-reflection (meniadakan perenungan)
Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat.
c) Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani kirannya bisa dilihat sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu.
Sumber :
1. Corey, G. (1988). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : Refika Aditama
2. Naisaban L. (2004). Para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta : Grasindo
3. Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kasinus
4. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008. Surabaya : Unesa
Langganan:
Postingan (Atom)